1. Kenali Biang Keringat

Biang keringat, atau yang dikenal dengan keringat buntet, lebih mudah terjadi pada bayi, karena pengaturan suhu tubuh pada bayi belum sempurna dan kelenjar keringat bayi belum sepenuhnya berkembang. Akibatnya, kulit belum mampu mengeluarkan keringat dengan baik sehingga kelenjar keringat tersumbat dan menyebabkan peradangan. Hal ini mengakibatkan munculnya benjolan merah kecil atau ruam yang biasanya terlokalisasi di area dengan banyak kelenjar keringat, seperti leher, punggung, dahi, tangan, kaki atau area lipatan kulit.

 

2. Gejala Biang Keringat

Biang keringat merupakan kondisi yang tidak menular. Kondisi ini umumnya terjadi saat seseorang berada di cuaca yang panas atau lingkungan yang bersuhu lembap. Biang keringat kerap ditandai dengan gejala berupa:

  • Bintil-bintil kecil berwarna merah, terutama di tempat menumpuknya keringat, seperti munculnya bruntusan di tangan.
  • Gatal atau rasa perih dan tajam pada ruam.

Gejala-gejala tersebut dapat muncul di seluruh bagian tubuh dan bisa terjadi pada semua rentang usia, tetapi paling sering terjadi pada bayi dan anak.
Biang keringat memiliki bentuk bintik yang mirip dengan keratosis pilaris. Akan tetapi, pada keratosis pilaris, bintik-bintik tersebut tidak gatal.

 

3. Apa Penyebab Biang Keringat

Biang keringat disebabkan oleh timbulnya ruam dan peradangan akibat penyumbatan pada kelenjar keringat. Namun, tidak diketahui secara pasti mengapa kelenjar keringat tersumbat.

Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya biang keringat, yaitu:

  1. Iklim tropis: Iklim dan cuaca yang panas serta lembap merupakan pemicu utama dari munculnya biang keringat.
  2. Kepanasan: dapat memicu tersumbatnya kelenjar keringat yang menyebabkan biang keringat. Beberapa kondisi yang bisa menyebabkan kepanasan adalah menggunakan pakaian yang terlalu tebal atau tidur dengan selimut tebal saat suhu sedang panas.
  3. Aktivitas fisik tertentu: menyebabkan tubuh mengeluarkan banyak keringat dapat memicu terjadinya biang keringat.
  4. Kelenjar keringat belum berkembang: Kelenjar keringat pada bayi belum berkembang sepenuhnya sehingga keringat lebih mudah tertahan di dalam kulit. Oleh karena itu, biang keringat lebih mudah terjadi pada bayi.
  5. Obesitas: Seseorang dengan berat badan berlebih (obesitas) lebih berisiko mengalami biang keringat, terutama di area-area lipatan kulit, misalnya perut, leher, dan selangkangan.
  6. Tirah baring (bed rest) terlalu lama: Pasien yang menjalani tirah baring dalam waktu yang cukup lama, terutama yang mengalami demam, lebih berisiko untuk mengalami biang keringat.

 

4. Perlindungan terhadap
 Biang Keringat

Untuk melindungi kulit baby dari biang keringat, Moms bisa ikuti langkah-langkah berikut ini:

  1. Mengompres bagian yang mengalami ruam, dengan kain lembap atau es batu yang dibalut kain selama tidak lebih dari 20 menit setiap jam.
  2. Membersihkan bagian yang mengalami ruam dengan air mengalir dan sabun yang lembut
  3. Hindari penggunaan produk perawatan kulit yang berat atau berminyak, dan pastikan kulit bayi tetap bersih dan kering dengan mandi rutin dan pengeringan yang lembut.
  4. Selain itu, hindari menggosok kulit bayi dengan kasar dan jaga agar area lipatan kulit bayi tetap kering dengan membersihkan dengan cara menepuk-nepuknya secara teratur.
  5. Menghindari cuaca panas dan tempat yang lembap, seperti berada lebih lama dalam ruangan yang sejuk, atau menggunakan kipas angin
  6. Meminum banyak cairan agar terhindar dari dehidrasi
  7. Gunakan pakaian yang ringan, longgar, dan terbuat dari bahan yang menyerap keringat.
  8. Gunakan krim pelembap #SetiapHabisMandi yang telah teruji klinis, hypoallergenic, dan telah teruji secara dermatologi aman untuk kulit bayi, agar kulitnya terhindar dan terlindungi dari iritasi atau kemerahan.